Ngeri-Ngeri Sedap

Rasanya udah lama ngga keluar dari bioskop dengan mata bengep karena nangisin film Indonesia, bahkan seingetku terakhir keluar bioskop sambil mata bengep tuh nonton Kim Ji-Young, Born 1982; itupun film Korea. Dan itu udah lama banget kayaknya.

Beberapa hari yang lalu nyempetin pergi bioskop setelah beberapa kali liat tweet Ernest Prakasa di linimasa twitter soal film ini, film yang ditulis dan disutradarai Bene Dion salah satu komika di Indonesia. Ngga bohong kalo dibilang tergoda karena Ernest Prakasa yang ngerekomendasiin, karena sampe hari ini selalu suka film-film garapannya ehehe

Film dimulai dengan pengenalan karakter-karakter anak dalam keluarga Batak dengan masing-masing masalahnya yang membuat mereka hingga lupa untuk pulang. Pulang di sini bener-bener nunjukkin dua arti yang berbeda dalam satu pemaknaan. Pulang dengan datang ke rumah dan pulang dengan kembali pada jantungnya seorang anak; orang tua. Dari sini udah ngerasa kesindir, betapa aku selama ini juga ngelakuin hal sama. Baru juga mulai, bor!

Dengan bekal sedikit bocoran alur cerita dari linimasa dan trailer di aplikasi tiket online, solusi yang digunakan orang tua di sini untuk membuat anak-anaknya pulang adalah merekayasa kondisi rumah tangga mereka dengan perceraian karena perceraian bukanlah hal wajar dalam lingkungan keluarga Batak. Meski latar belakang dan kehidupan yang diangkat adalah keluarga Batak, yang bukan orang Batak masih bakal bisa relate kok apalagi kalian yang lagi merantau. Tapi bener-bener ngga nyangka apa yang disuguhin di dalem film ini bisa berjalan jauh dari sekedar pura-pura bercerai. Dibikin ngga siap sama alur cerita lanjutannya beneran makanya crycry mulu T-T

Kalo pada mikir bakal full lucu karena hampir semua pemain di sini tuh komika seperti film-film komika pada umumnya, please jangan. Karena komedi yang ada di sini adalah yang muncul dari percakapan-percakapan yang biasanya muncul dalam keseharian. Malah kaget di sini semua komika yang terlibat bener-bener kasih akting dari yang ngga biasa kita lihat di media sosial, persona atau konten-konten mereka. Ada satu scene dimana masalah bener-bener ditunjukkan dalam satu percakapan panjang, semua anggota keluarga bicara mengenai pandangannya terhadap keluarga mereka secara bergantian dalam satu long take. Bayangin gimana dengerinnya, ada beberapa orang dalam satu ruangan gantian ngomongin masalah uneg-uneg yang selama ini mereka pendem, ya nanges lah akunya. Kirain cuma lagi nonton film, ternyata ngegambarin kisah dan masalahku juga wqwqwq sad

Gita Bebhita yang udah punya persona sendiri di kepalaku semenjak Keluarga Badak, di sini jadi buyar semua. Setelah scene di paragraf sebelumnya, dibikin kejer lagi nangisnya pas scene di belakang rumah ketika dia mencecar semua kakak dan adiknya dengan banyak pertanyaan, kekesalan dan kesedihannya sebagai anak perempuan yang juga sebagai penengah di banyak pihak.

SUMPAH YA
ITU
SAKITNYA
NYAMPE
KE SINI

Kesindir abis :)

Selain soal alur cerita yang ngga ketebak, suka banget sama tiap detailnya. Dari penggunaan bahasanya yang total Batak disesuaiin sama latar belakangnya, tampilan adat Bataknya, makanannya, musiknya juga dan yang paling nyenengin banget dikasih pemandangan-pemandangan bagus Danau Toba. Kayaknya bisa aku bengong seharian di bukit-bukitnya tuh saking bagusnya :')
Dan yang menariknya lagi, kita yang bukan berasal dari suku Batak bisa belajar tentang adat dan budaya suku Batak karena ada cukup banyak scene yang menjelaskan tentang ini dengan cukup enak diikutinnya. 

Suka!

0 comments