Kuharap Kamu Terluka
“Gimana, apa sudah ada pacar baru?”, absennya setiap mulai mengisi ruang obrolan.
Rasanya aku sudah tak kaget lagi dengan
kemunculannya atau bahkan dengan segala pertanyaan yang masih saja
kekanak-kanakannya itu. Kuintip dari luar ruangan, nanti sajalah kujawab jika
aku tak malas.
“Sudah”, jawabku dengan tambahan
ehehe agar tak terkesan canggung.
Jika kutarik di kali terakhir kau
menanyakannya, jawaban belumku menarikmu dengan ajakan konyol juga akhirnya. Bagaimana
tak konyol, bertahun aku berjalan tak peduli aku terseok bahkan terjatuh mengiringimu
tak juga bisa meluruhkan egomu untuk sekedar meraih tanganku. Bukankah terdengar
konyol jika saat ini, di mana aku memutuskan untuk berhenti dan menghilang dari
pandangmu, aku mendengar pertanyaanmu yang tak salah jika kunilai kekanak-kanakan
itu?
“Ga ada pacar mulu tiap ditanya, ga mau sama aku aja?”,
tulismu.
“Engga”, lagi-lagi kubalas dengan
tambahan ehehe agar tak terkesan angkuh.
Butuh waktu yang tak sedikit
untuk akhirnya ada di sini, barangkali jika kamu ingin tau. Bukankah kamu juga tau
meski perlahan tak mengiringi, panggilanmu
masih sering kuhampiri; semudah itu aku dulu.
Meski tak begitu yakin, semoga
jawabku tak membuatmu patah.
Meski sedikit, kuharap kamu
terluka.

0 comments