Mendarat

Suara di speaker sedikit bergetar, kita berdua saling beradu tatap seraya nama bandara lain disebutkan. Kamu tersenyum dan beranjak dari tempat dudukmu, ingin dekat jendela katamu. Kulihat kamu menjauh sedang lampu-lampu terlihat semakin jelas di landasan pacu. Malam itu kita akhirnya mendarat.

Kita bergeming di kursi masing-masing, menatap kegelapan di luar jendela yang entah dimana. Jika diingat di hari pertama kita memutuskan untuk terbang jauh, betapa banyak bawaan kita yang hilang hari ini. Turbulensi yang berulang seakan menghabiskan kenyamanan semua genggaman tanganmu, oksigen yang tak begitu melimpah juga mengeringkan senyum kita juga pagi dan malam yang menghampakan semua peluk.

Nyatanya kita hanyalah pemabuk udara yang memaksa terbang jauh, yang sepanjang perjalanan lebih sering menahan mual dibanding membicarakan hal-hal seru selama di tujuan. Sebelum rasa sakit menghabiskan semua bawaan kita, sebelum tangis memecahkan pesawat dan menghancurkan kita, di tengah mabuk luar biasa malam itu kita begitu penuh kendali.

Kita sudah terbang jauh meski tak sejauh yang kita tuju, mendarat dengan selamat meski banyak luka yang menganga hebat.

0 comments