Decit ban mengagetkanku dan meninggalkan sedikit lecet di
beberapa bagian tubuhku. Bukan karena luka ku, tapi sepasang mata yang sedang
merenggang nyawa menatapku penuh iba. Sementara lelaki yang terseret hingga
ratusan kilometer itu berlari dan menangis mendapati kekasihnya sudah tak
bangun lagi. Aku menghela napas panjang hingga beberapa orang dan mobil polisi
datang. Resiko pekerjaan?
Mungkin itu sebabnya aku tercipta dengan hati yang kuat
dan pribadi yang tangguh. Perkara begini pasti dengan mudah aku lewati. Aku
memang diciptakan sadis.
Tapi begini-begini aku juga bisa luluh. Apalagi dengan yang
Februari ini datang. Itu kamu yang sama dengan decit ban yang bisa melukaiku,
tapi kamu berbeda. Kamu perlahan-lahan tanpa aku merasa tersakiti, lembut.
Bahkan aku pernah melukai tubuhku sendiri agar kamu tetap tinggal lebih lama.
Belum lagi kamu juga pintar menyejukkan hatiku yang seringnya panas dan kaku.
Setiap pagi dan siang hari ada hal yang selalu kutunggu,
jam berangkat dan pulang sekolah anak-anak kampung depan. Ini mengasyikkan
karena mereka aku bisa mendengar banyak cerita. Kadang tentang guru, teman
kelas sebelah atau hal-hal random yang seringnya lucu. Dan dari mereka aku pun
tahu, hubungan kita ini namanya LDR, hubungan jarak jauh. Ketemunya jarang,
rindunya sering. Hehe.
Tapi beruntung kita ada di negara ini yang tak banyak
memiliki jenis musim. Cukup melewati satu kemarau, kita pasti akan bertemu
lagi.
Ini sudah Februari dan kamu pasti akan datang. Satu musim
sudah kulalui banyak hari berat, sakitnya penutupan luka hingga berbagai
kejadian menyeramkan dan tak jarang berujung kematian. Namun seperti biasa yang
kuceritakan, menolongnya pun aku tak bisa. Jadi pribadi macam apa aku ini
kuharap kau tak akan berhenti datang. Tapi kadang aku menyesal membuatmu datang
padaku, jalan terjal sudah kau lalui namun masih harus manjatuhkan diri padaku
yang seringnya keras bak batu ini. Untuk perjuanganmu aku sungguh berterima
kasih.
Luka yang terakhir kau tangisi dulu, sudah disembuhkan.
Jadi tak usah bingung mencarinya, hanya tujulah aku dan rindu ini akan menari
dengan aroma tanah yang lama tak kau kunjungi pula. Aku tak akan menjadi
mengerikan dengan kedatanganmu, kupersilahkan engkau menemui mereka yang
disekelilingku. Mereka pun membutuhkanmu. Merindukanmu.
Tapi aku juga tak mau kalah, ada lubang yang belum
disembuhkan di ujung sana. Diami luka itu dan mamah habis setiap rindu yang
menempel di dalamnya. Sebelum kau pergi jauh lagi, sebelum musim ini berakhir
lagi.
Aku masih menunggumu, Hujan. Meski manusia lebih
menyukaimu dengan tanah yang aromanya mereka rindukan, tanaman yang hijau segar
seketika saat kau jamah atau semua yang bergembira karenamu. Biar aku terlihat
angkuh di mata mereka, dan terlihat tak tahu terima kasih, namun hanya kamu sendiri
yang tahu bagaimana aku yang sungguh merindukan kedatanganmu.
Yang menunggumu,
Aspal jalanan yang penuh lubang.

2 comments
Tiap hari jadi keterusan baca suratnya nih :)
BalasHapusTerima kasih sudah datang lagi, kak :D
Hapus