Indonesucks

16 Agustus 2014.
Indonesucks.

Malam tujuh belasan yang biasanya saya habiskan berkumpul dengan para tetangga atau anggota Kartar kampung saya, malam itu saya beranjak dari agenda biasa saya. Bertempat di Kedai De’Javu yang baru pertama kali saya datangi itu, saya menghabiskan Malam Tirakat atau Malam Renungan yang biasanya selalu ada di setiap desa kala malam tujuhbelasan.

Indonesucks. Sebuah standup show bentukan komika Surabaya yang mengangkat tema Gerundelan Orang Republik. Siapa saja mereka?

Disambut oleh MC yang katanya masih magang, Arif Alfiansyah.
Dan dibuka oleh seorang komika dari Sidoarjo dan baru pertama kali saya melihatnya di atas panggung, Dedy.
Diawali penampilan Idhamsyah dengan status Sarjana-nya yang masih anget.
Lalu ada Idham Bangsa yang katanya, tititnya kecil. Katanya.
Dilanjut dengan komika asal Korea dengan Annyeonghaseyo-nya, Pepeng.
Dibuat ricuh dengan Mahabarata-nya mas Deddy Gigis.
Hingga dilengkapi dan dipecahin pak Yudhit dengan sikap ‘dingin’-nya itu loh.

Sebenernya saya belum paham bener tema malam itu. Hehehe.
Kalau Gerundelan Orang Republik dalam negara yang menyebalkan ini dimaksudkan dalam apa saja kelakuan dan tabiat orang-orang di dalamnya, saya pikir ini sudah mewakili bagaimana keseharian warga negara kita ini. Anak-anak yang sudah hampir kehilangan apa yang seharusnya anak-anak terima, kalangan remaja yang lekat hubungannya dengan seks bebas hingga kelakuan para orang-orang tua di dalamnya, jelas cakupan ini sudah dibawakan sepenuhnya di Indonesukcs. Semua dibawakan, dilanjutkan dan dilengkapi pada akhir show.
Tapi, kalau yang dimaksud Gerundelan Orang Republik ini mencakup apa saja yang menyebalkan tentang bagaimana kehidupan bernegara dalam segi politik Indonesia, show ini jelas masih jauh. Karena materinya masih random dengan keseharian dan bertaburan blue material.
Hehehehhee.

Yang pasti malam itu saya lebih merasakan Indonesucks ini sebagai private standup show sih ya. Dengan kuota audience yang hanya 100 orang saja dan sold out dengan venue yang dibuat santai dengan menyelipkan beberapa meja di tatanan kursi audience  untuk tempat snack jelas ini dibuat santai. Banget. Apalagi jarak mini stage dengan penonton di depannya mungkin kurang lebih hanya berjarak satu meter. Atau kurang?
Juga penampilan para komikanya yang juga santai banget. Idham Bangsa misalnya yang malam itu tampil dengan celana kain batik yang kalo saya sih itu udah kostum leyeh-leyeh banget. Atau ada yang ngelihat Idhamsyah sebelum show dimulai, dia seliweran ke toilet dengan celana kolornya? Jadi, nontonin komika yang lihat contekan saat tampil pun udah biar aja sudah. Haha.

Dan lagi, menurut saya, Indonesucks malam itu seperti estafet. Membawa tongkat dari garis awal diakhiri dengan kemenangan, Ahzeg. Bukannya saya mau bilang yang tampil awal biasa saja, tapi lebih ke pembawaan tema Indonesucks ini sih. Semuanya saling melengkapi dan ditutup dengan beberapa data yang ditampilkan melalui slide untuk mendukung materinya.
Jika disuruh memilih siapa yang paling mencolok penampilannya, saya pilih Pepeng. Selain karena dandanannya emang paling ngehitz banget malam itu, secara dia dari Korea *disambit topi* materi dan pembawaannya berasa banget bedanya dari beberapa penampilannya yang saya lihat. Udah santai asik gitu.

Beberapa komika menanyakan bagaimana tiket Indonesucks ini terjual habis sementara komika yang disuguhkan ini udah biasa banget. Yang pernah masuk tv untuk kompetisi hanya satu orang, pak Yudhit. Yang ikut kompetisi tahunan juga satu, mas Gigis. Yang lain seliweran di Surabaya dan sekitaran Jawa Timur. Balik lagi ke pemikiran saya tadi sih. Masing-masing dari mereka pasti punya peminatnya. Jika dibuat mini show yang dibatasi kuota audience-nya, mereka pasti berlomba-lomba untuk datang. Gitu.

Well, terima kasih sudah membawa kami dalam malam tirakat yang berbeda dari biasanya dan terpaksa pulang jalan kaki dari gang depan hingga rumah melewati gerombolan warga yang sedang berkumpul di malam tirakat tiap gang.

Merdeka!
Viva La Komtung.

0 comments