Pernah kau tunjukkan langit senja dalam satu pandang
lensa. Katamu, disitu kau akan selalu ada. Lima senja lalu kutelusur jengkal horizon
dari titik paling barat hingga ufuk tempat matahari menampakkan wujudnya saat
pagi. Lalu kamu dimana? Sebelah utara atau barat daya? Tepat dibawah matahari
merah atau ruang kosong tempat para burung terbang kembali ke rumah? Dimana?
Aku sih bisa biasa saja jika memang kamu menghilang. Tapi
dengan membawa langit senja dibelakangmu, jelas ini membuatku jengah. Kau buat
apa yang kukagumi menjadi tempat dimana aku harus mencarimu? Yang benar saja.
Kamu tau apa akibatnya? Langit senjaku tak lagi syahdu, juga matahari merah
yang sesekali itu tak lagi menggoda. Bagaimana aku bisa mengagumi mereka semua
sementara apa-apa yang menjadi tentangmu membayangi di depan mata?
Sumenep,
26 Oktober 2014.

0 comments