Balon Udara

Anggap saja kemarin kita berkelana dengan balon udaramu. Kita berada di ketinggian yang sama dengan terpaan angin yang sesekali membuat kita memejamkan mata, terengah kala mencari arah saat mengejar matahari yang siap menorehkan jingga, juga nyanyian-nyanyian baru yang sibuk kuhapalkan liriknya.

Barangkali semalam kita terlalu tinggi hingga perjalanan turun terasa begitu melelahkan, entah aku yang mulai menikmati ketinggian atau sebenarnya aku tak suka mengucap kalimat perpisahan. Hingga kulihat sekawanan kupu-kupu menghampiri, seakan menyambutku menginjakkan kaki di daratan membuat perpisahan tak pernah semenggilitik ini.

Kulihat mereka mulai berangsur pergi, barangkali kembali bersama ayunan angin balon udaramu yang beranjak tinggi. Teringat ini sebuah perpisahan hatiku memberat seakan kelebihan sendu, sekawanan kupu-kupu tadi ternyata terbang memenuhi dada dan perutku.

Jika nanti ketinggian menjadi terlalu sepi untukmu dan daratan sudah menjadi tujuan pulangmu, kau tahu kemana harus melintas dan berlabuh; di titik koordinat saat kau tinggalkan sekawanan kupu-kupu padaku.

0 comments