Muak
Barangkali saat ini memang hatiku seluas-luasnya hatiku sejak dulu. Isinya berjejal segala bentuk rasa yang entah kapan dan bagaimana mereka menunjukkan wujudnya suatu hari nanti. Di kala kurasa mereka berdesakan di dalam sana, seakan hidupku justru di tengah tornado yang hanya terasa hening dan asing. Berjejal desak berlarian, mereka berputar seakan terburu untuk minta kurasakan. Yang semakin kencang mereka berputar semakin hening tubuhku menerima putaran rasa ini. Seringkali aku hilang dalam kepalaku, bak teleportasi dalam semua sinema luar negeri, kepalaku sungguh sering di luar kendali.
Satu waktu aku bisa menghabiskan waktu dengan berlari atau
berjalan bak atlet lari, yang waktu bekerja lah yang bisa menjeda. Satu waktu
aku bisa menghabiskan waktu dengan memilih banyak makanan, yang hanya bisa
dihentikan oleh perutku yang menolak terus dijejal makanan. Satu waktu aku bisa
mengabiskan waktu untuk terus bekerja, yang setiap kurasa lelah aku hanya cukup
menutup mata. Satu waktu aku bisa menghabiskan waktu untuk tidur, yang setiap
terbangun aku hanya akan meraih obat flu yang lain. Satu waktu itu adalah masa
hening di tengah tornado rasaku, satu waktu itu adalah masa bertahanku, saat semua
rasa berlomba untuk dirasakan, saat hidup dan diriku ingin diselamatkan.
Demi Tuhan, ini sungguh memuakkan.

0 comments