Entah apa yang diingin hati.
Langkahnya tak kudapati berderap. Bahasanya tak dapat kumengerti. Tapi airmatanya terus mengalir seakan tak ada muara di jari tangan yang menyekanya.
Ia kehilangan arah.
Takut melangkah, enggan berbincang.
Dia diam.
Ada apa ini?
Pandangannya tak lagi membuat sekitarnya bersuka.
Senyumnya tak lagi memberi kehangatan hidupnya.
Yang dia tahu, dia hampa. Kosong.
Bak pelaku seni televisi, dia melangkah anggun. Auranya dibuat menjura tak terhingga. Senyumnya manis.
Getir.
Entah sampai kapan ia bertahan.
Berpikir untuk berhenti pun enggan.
Hidupnya hilang.
Kosong.
Tak ada yang bisa mengamati bagaimana ia tersenyum.
Bagaimana ia berusaha tersenyum lebih tepatnya.
Seringnya terjatuh membuat ia lupa bagaimana rasanya sakit.
Memaksanya dia punya hati untuk bisa tegar layaknya senyum yang terlatih untuk berdusta.
Begitu tersesatnya hidupnya sekarang.
Kawan pun kurasa dia tak punya.
Dia berduka.
Berduka untuk hidup dan hatinya.
Sendiri.


0 comments