Tak Perlu Berlari, Berjalanlah saja.
![]() | |||
| pic. Via Google |
Semalam, hatinya gusar. Entah bagaimana kenangan itu bisa
terbaca. Terbongkar tanpa perlawanan. Ia sadar sepenuhnya, hatinya tak harus
seperti ini. Hatinya tak harus serendah ini.
Yang masih membaca setiap baris kenangan manis dulu.
Mendekap peluh lusuh ketika datang rindu atau sekedar memejamkan mata kala
hatinya sudah terlalu penuh. Bukan karena ia tak ingin beranjak melangkah,
namun kenangan itu harusnya tak lagi ada ketika janji tak bisa lagi ditepati,
ketika penghianatan sebenarnya yang ia terima. Harusnya.
Ia masih simpan setiap kenangan manis atau pahit itu. Tak
ada niat untuk mengharap kenangan itu terajut kembali. Itu terlalu rumit untuk
dirajut. Hidup kenangannya sudah baru bersama pasangan hidupnya. Kenangan
mereka tak selebihnya manis, bahkan teramat banyak rasa pahitnya. Dan ia masih
tetap menyimpannya. Lengkap tanpa terlewat.
Ditatapnya barang-barang penyulut gusarnya malam ini.
Orang lain terlalu dangkal menilai hidupnya. Orang lain terlalu mudah memasuki
ruang hatinya. Dan dia terlalu mudah mengabulkan itu semua.
Entah salah siapa.
Barang-barang itu masih tersimpan rapi, se-rapi hati menyimpan sosok dibelakangnya
didalam hati. Baginya ini hanya pengingat rasa sakinya. Agar nanti ia tak lagi
terjatuh. Juga pengingat jika sebelum masa kelamnya saat ini, setidaknya ia
pernah merasa bahagia.
Dibungkusnya semua kenangan itu dalam sebuah kotak
harapan barunya. Ia sudah harus siap dengan hidup yang menunggunya didepan,
yang siap untuk ditata ulang. Ia juga harus mempersiapkan hati, yang sudah lama
ia biarkan kosong tanpa isi.
Didekapnya lama kotak harapan itu. Ia pejamkan matanya
dan betul saja, ia sudah menemukan kenangannya didalamnya. Segera ia buka mata,
siap melepas kotak harapannya terbang. Membiarkan kenangannya hilang disapu
cahaya pagi.
Selamat pagi, Hati yang Semoga Baru…


0 comments